Ada Apa Dengan Indscript Creative (Part I)

1 comment
Gaungnya sempat menghilang, kemana sebenarnya Indscript Creative?

Hari senin, 9 Maret 2020 ada 6 blogger yang tergabung di komunitas IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) memenuhi undangan Indcript Creative yang terletak di Jalan PLN Dalam 1/203A Cigereleng, Moh.Toha, Bandung.


Pagi itu, waktu belum menunjukkan jam 10 pagi, walhasil aku masih bisa nyempetin diri buat ambil foto di depan pintu pagar sebelum masuk ke dalam kantor Indscript. Kantor yang merangkap rumah si empunya bisnis ini sebetulnya ukurannya tidak terlalu besar.

Begitu masuk dari pintu pagar, kamu bakal lihat sebuah meja yang penuh dengan tumpukan paket yang sudah dikemas, terlihat jelas bahwa itu adalah paket-paket buku yang siap dikirim dan telah lengkap dengan nama penerimanya.


Di balik meja, terlihat karpet yang sepertinya disediakan bagi setiap tamu yang datang. Jadi aku yang pagi itu baru datang berdua langsung mengambil posisi sembari menunggu yang lain datang. Tak lama, beberapa kawan datang dan kami saling berjabat tangan satu sama lain.

Sekitar jam 10, pemilik bisnis Indscript Creative, yang kerap menggunakan warna favoritnya (merah) dalam berpakaian, yaitu Indari Mastuti langsung duduk bersama kami. Perempuan yang kerap dipanggil Teh Iin ini, meminta kami untuk saling mengenalkan diri.

Beberapa kali saat kami berbincang, terlihat beberapa ibu datang dan pergi sambil membawa dan menyerah secarik kertas. (next: aku bakal ceritain juga dari mana kelanjutan bagian yang ini)



Teh Iin,"Mereka, orang-orang yang akan mendapatkan dana hibah.

Dalam hari aku berbisik,"MasyaAllah...gimana nggak berkah, semua orang bisa dapat dana hibah."

Tak perlu waktu lama, baginya mulai menceritakan jatuh bangunnya mendirikan Indscript Creative.


Sejarah Awal Mulanya Terbentuk Indscript Creative dan Kebangkrutannya

Teh Iin mulai bercerita,"Indscript Creative, berdiri sejak tahun 2007 di bulan Agustus. Itu artinya, sebentar lagi usianya akan menginjak 13 tahun."

Tentunya bukan perjalanan yang mudah untuk mencapai sampai dititik ini. Sekarang kita flash back dulu ke cerita masa lalunya teteh, di mana akhirnya ia bisa mendirikan bisnis kepenulisan ini dan memiliki banyak partner.

2004 adalah tahun di mana ia mulai menulis novel kemudian mulai menawarkan jasa kepenulisan, padahal ia sama sekali belum memiliki bisnisnya.


Namun sebetulnya tidak hanya itu, karena Teh Iin sendiri memiliki latar belakang yang sama sekali nggak bisa dipisahin dari tulisan. Bahkan sejak masa kecilnya. Ia juga tidak pernah malu mengakui bahwa ia adalah anak broken home.

Tahun 90-an adalah masa di mana, zaman kertas surat aneka warna dikenal. Teh Iin juga melakukan hal yang sama, ia akan sibuk menuliskan semua kisahnya dalam buku diary dan kertas-kertas itu. Bahkan tidak sedikit quote yang ia buat kemudian ditempel di dinding kamarnya. Kertas-kertas itu yang kemudian ia susun dan tak pernah ia buang.

Kelak tulisan-tulisan itu akan digunakan.

Sejak masih sekolah di bangku SMA, ia sudah mendapatkan penghasilan dari hasil tulisan yang ia tulis dengan menggunakan mesin tik ke majalah Gadis, dimana tulisan pertamanya berhasil dimuat dan mendapatkan bayaran 150 ribu rupiah.

Teh Iin,"Disitulah keyakinan saya tumbuh, dan melihat peluang dan percaya bahwa dari nulis bisa menghasilkan,"ungkapnya.

Uang itu ia gunakan untuk menunjang kegiatannya menulis, dari mulai prangko, tipe ex untuk mesin tik dan yang lainnya. Setiap minggu, ia akan menemukan tulisan dan wajahnya di muat di media cetak.

Ia juga bercerita, bahwa ia bukanlah orang yang menonjol di mata pelajaran di sekolahnya. Ia termasuk anak yang biasa-biasa saja.

Pengalaman menulisnya semakin luas begitu ia duduk di bangku kuliah, kala itu, ia memilih untuk belajar di ISMI. Ia merasa bahwa jurusan kesekretarisan akan berhubungan dengan minat menulisnya.

Dan benar saja, ia kerap diminta untuk menjadi notulen di setiap rapat yang dilakukan oleh para dosennya. Terlebih ketika pihak kampus tahu bahwa ia memang kerap menulis di media cetak. Dan ia mendapatkan lagi penghasilan di sana.

Dunia kepenulisan pula yang akhirnya membawanya bertemu dengan banyak orang. Hingga membuatnya bertemu dengan pimpinan redaksi media cetak di Bandung, yang membuatnya menjadi seorang jurnalis. Saat itu adalah sekitar tahun 1998- 1999an.

Pekerjaan ini yang membawanya pergi ke berbagai daerah di Indonesia dan membuat kemampuan menulisnya semakin baik.

Di tahun 2000, masih berhubungan erat dengan dunia yang ia cintai, ia melamar pekerjaan sebagai customer service di sebuah perusahaan Telekomunikasi.

Teh Iin,"Saya cukup tahu diri, nggak mungkin lulusan D1 bisa memiliki pekerjaan dengan level yang tinggi."

Tapi Allah memang nggak pernah tidur, tidak perlu lama baginya untuk merasakan jabatan lain di perusahaan itu, sehingga akhirnya ia diminta untuk bergabung di divisi sales dan marketing. Menurutnya, dunia ini pun masih berhubungan dengan kegiatannya menulis. Karena ia akan dengan rutin melaporkan kegiatan yang dilakukan.

Pengalaman hidup Teh Iin masih terus berlanjut di tahun 2001. Di mana ia mulai pula menulis di majalah-majalah radio. Saat itu, ia mulai menulis di 2 majalah sekaligus, yang dikeluarkan oleh Radio Ardan (Ardan Cool and Lovely) dan 99ers (99ers magazine). Hingga akhirnya, ia diangkat menjadi pimpinan redaksi di keduanya.

Cerpen, kuis, tips dan berbagai macam jenis tulisan, akhirnya mampu dengan baik ia lakukan. Karena hanya satu alasan. Berani Ia memang hampir tidak pernah menolak setiap permintaan yang disodorkan padanya.

"Potensimu tidak akan pernah terlihat karena ketakutan dan ketidakpercayaan diri. Berani dan percaya diri saja dan kelak kau akan bersinar" (LitaWidiOnett)



Porto folio teh Iin semakin panjang, ketika ia pun dipercaya memegang majalah lainnya yang dikeluarkan oleh perusahaan seperti Biofarma, BI, dan yang lainnya.

2004, Tawaran Menulis Buku itu Datang
Adalah Daniel Mahendra (pemred 99ers), nama yang ia sebut-sebut sebagai mentor menulis bukunya yang akhirnya melihat dan meminta teh Iin untuk berani menulis buku. Dan karena tipikalnya yang memang nggak pernah nyerah dan selalu mau tahu, ia menerima tantangan itu.

Yang lucu, ia yang berperan sebagai penulis adalah orang yang paling sibuk gembar-gembor pada semua orang bahwa ia tengah menulis novel dan meminta semua orang untuk membacanya kelak. Begitu ditanya, kapan bukunya terbit, ia masih mengatakan dengan percaya diri.

Teh Iin,"Nggak tahu..."

Ia juga mengatakan,Pasti orang sebel deh sama saya, karena saya ini penulis yang cerewet. Buku belum terbit, udah ngomong sama semua orang.

Tapi ternyata, jurus yang satu ini berhasil!

Saat ia mengundang orang untuk datang ke acara bedah bukunya, antrian mengular dan ruangan penuh.

Teh Iin,"Semua orang antri dan minta tanda tangan di buku saya."

(Ini pasti semacam Dream Come True, gimana enggak, ia yang merasa bukan siapa-siapa mendadak harus membubuhkan tanda tangan pada setumpuk buku yang ia karyakan.)

Di tahun 2006, Teh Iin mulai memutuskan untuk membuat group literasi dengan Batam Post. Di tahun sama, pengalamannya bertambah dengan bekerja menjadi sekretaris director di ESQ hingga kemudian menjadi bagian dari MQ Publisher milik Aa Gym menjadi manager marketing.

Di sana pulalah akhirnya teh Iin bertemu dengan calon suaminya dan memutuskan untuk resign. Walau sempat bekerja kembali, akhirnya teh Iin  memutuskan untuk kembali menekuni dunia kepenulisan yang sangat ia cintai. Karena ia yakin, bahwa dari tulisan yang ia kirim ke media bisa menghasilkan uang dan ia bisa fokus kepada rumah tangganya.

"Mimpi anak kelas 4 SD yang terwujud melalui tulisan yang dilakukan secara terus menerus"(Indari Mastuti)


Kembali ke kisah Indscript Creative, yang saat itu mulai mengalami kebangkrutan pada tahun 2010.

Teh Iin,"Ada dua kebijakan salah yang telah saya lakukan."

Satu, ia telah mengubah pola kontrak naskah dari yang tadinya jual putus menjadi royalti. Di mana proses royalti ini yang ternyata tidak mampu menutupi kebutuhan sehari-hari (daily operational). Karena memang pembayaran yang dilakukan baru bisa diproses setelah 6 bulan pembuatan naskah selesai.

Yang kedua, kurangnya tim yang bekerja padahal permintaan naskah banyak yang akhirnya membuat pekerjaan menjadi lost control. Dan klien lama yang pernah melakukan kontrak jual putus mulai meninggalkan Indscript Creative.

Banyak pengalaman menarik ketika ia berada di masa jatuhnya ini. Di mana ia tidak malu menceritakan pada orang-orang bahwa ia tengah mengalami kebangkrutan. Ia hanya berharap bahwa ia bisa mendapat solusi dari kebangkrutan yang ia alami.

Karena sebetulnya ia juga yakin, banyak pebisnis yang pernah mengalami kebangkrutan. Ia hanya ingin mencari tahu, bagaimana akhirnya pebisnis tersebut bisa bangkit dari kebangkrutannya.

"Positive Thinking, tidak pernah merasa malu untuk mengakui bahwa ia mengalami kebangkrutan" (Indari Mastuti)

Di masa kebangkrutan, pernah satu kali ia ditawarkan oleh teman yang memiliki sejumlah kendaraan. Teh Iin diperbolehkan menggunakan kendaraan manapun yang ingin ia gunakan.

Mungkin temannya merasa iba dengan keadaan sahabatnya ini. Karena Teh Iin memang yang saat itu sudah tidak punya kendaraan sendiri, kerap pergi ke sana kemari menggunakan kendaraan umum bahkan ojek.

Teh Iin,"Satu minggu saya pake mobil pinjaman itu sampe akhirnya saya mikir. Ini kan mobil orang lain, apa jadinya kalau saya bertemu dengan pebisnis lain dan tahu bahwa ini bukan mobilnya. Akhirnya saya kembalikan mobil pinjamin itu dan kembali ngangkot." Tukasnya.

“Satu lagi pelajaran yang perlu kita ambil. Bahwa kita nggak perlu malu mengakui keadaan kita"


Menulis Buku Biografi
2009, adalah tahun di mana, perempuan berdarah sunda kelahiran 1978 ini dipercaya untuk menulis buku biografi oleh redaksi Mizan dari "Brownies Amanda"

Rasanya semua orang tahu benar, kue brownies yang hingga kini digandrungi banyak orang dan menjadi oleh-oleh khas Bandung ini. Dan Teh Iin diminta untuk menuliskannya.

Teh Iin,"Ini semacam pembuka jalan."


Kelak ia mulai menuai hasil dari berbagai buku biografi yang ia tulis. Nama demi nama mulai ia tuliskan dari mulai pengusaha, guru-guru besar UNPAD dan masih banyak lagi. Dan pastinya ini menjadi pengalaman berharga yang ia dapat.

Membuat Komunitas IIDN
Masih di masa-masa sulit, di tahun 2010. Teh Iin yang kala itu telah memiliki anak, malah sibuk memikirkan untuk membuat komunitas yang bisa mewadahi ibu-ibu yang suka menulis.

Sampai suaminya berkomentar,"orang lagi bangkrut, saya malah memikirkan komunitas dan mengawal penulis baru yang belum tentu bisa menutupi kebutuhan penulis."

Teh Iin memang selalu punya jawaban dan visioner. Ia yakin bahwa dengan membuat komunitas ini, kelak ia akan mendapatkan penulis-penulis handal. Karena memang kebutuhan akan penulis sangatlah besar. Dan benar saja, visi itu kembali terwujud.

Dari komunitas yang ia buat dan diberi nama IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis), ia merasa bisa mendapat kekuatan baru. Di mana bila ia bercerita ke dalam komunitas, ia akan melihat bahwa bukan hanya ia yang saja yang merasa kesulitan. Di sana juga selalu timbul rasa syukur atas kehidupan yang ia lewati.

Melengkapi cerita kebangkrutan Indscript Creative. Teh Iin mulai sibuk ikut berbagai kompetisi. Hingga akhirnya, ia kembali terus menemukan jalan dari jasa penulisan biografi. Bisnis Indscript Creative kembali menggeliat, dan ia mulai membuat Sekolah Perempuan di tahun 2013.

Dengan 4 perempuan lain, ia memulai komunitas ini dan pada tahun 2014, ia mulai memutuskan untuk membuat berbagai training secara online hingga akhirnya terlahir Indscript Training Center yang kemudian bermetamorfosis menjadi Indscript Businesswomen University.

Obrolan masih panjang dan belum tuntas. Namun sampai titik ini, akhirnya kami tahu bahwa sebetulnya Indscript Creative masih ada, masih berdiri dan terus menerima jasa penulisan.

Pada Part II, kisah ini akan dilanjutkan dan kamu akan tahu bisnis apa yang kemudian dijalankan Teh Iin dan suaminya, Kang Decky yang kini telah dikarunia 3 buah hati, Nanit, Ammar dan Aisyah.

Satu lagi kesan yang aku dapat adalah...

"Bikin saja hidup di standar yang minimalis" (Indari Mastuti)

Jadi begitu kita punya uang, nggak punya uang kita masih bisa menikmati kehidupan.

To be continued
Lita Widi H
Hey! Welcome to My Blog

Related Posts

1 comment

  1. To be continued ya Teh ... Hihi, seneng banget ketemu Teh Indari sama Teh Lita. Banyak dapat ilmu, berbagi pengalaman, dan seneng bisa ketemu temen blogger

    ReplyDelete

Post a Comment